Thursday, April 26, 2012

Kebijakan pemerintah Inggris picu resesi


Financeroll – Inggris bukanlah negara yang tergabung kedalam kelompok zona euro meski berada dilokasi yang sama. Namun Inggris telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Eropa yang cukup tangguh dan berambisi menjadi kiblat perekonomian Eropa sejak beberapa dekade terakhir.
Namun ambisi tersebut tidak selalu dibarengi dengan hasil yang memuaskan, malah dalam sepuluh tahun terakhir, perlahan namun pasti, perekonomian Inggris menujukkan perlambatan dan hari ini berdasarkan data ekonomi yang rilis baru-baru ini memperlihatkan bahwa Inggris telah tergelincir menuju resesi.
Yang menyakitkan adalah resesi ini merupakan yang terburuk dalam kurun 80 tahun terakhir, ketika Inggris dilanda krisis pada 1930 an silam. Dalam tiga bulan pertama 2012 ini, perekonomian Inggris tercatat anjlok 0,2 persen.
Banyak pihak menuding Menteri Keuangan George Osborne sebagai biang keladi hancurnya perekonomian Inggris, melalui kebijakan pengetatan yang berjalan hampir 18 bulan.
Pemulihan ekonomi yang harus ditempuh Inggris kali ini sepertinya akan berlangsung panjang dan menyakitkan bahkan beberapa pihak yakin betul resesi kali ini lebih parah dibandingkan tahun 1930 an lalu. Disamping itu jika melihat data-data ekonomi yang sudah masuk, PDB nasional diperkirakan belum akan kembali ke level sebelum resesi, setidaknya sampai 2014 nanti.
Resesi yang dialami Inggris kali ini adalah resesi berganda karena jika mengacu kepada data PDB dikwartal terakhir 2011 lalu, PDB mengalami penurunan 0,3 persen, sehingga secara teknis, karena dua kwartal berturut-turut mengalami kemunduran, Inggris resmi mengalami resesi berganda.
David Cameroon selaku Perdana Menteri mengaku kecewa atas hasil ini namun tidak membela diri. Dia mengakui bahwa pemerintah mengalami masa-masa sulit dan berjanji pemerintah akan bekerja keras untuk keluar dari kondisi sulit ini.
Sejauh ini pemerintah masih akan mempertahankan kebijakan yang telah digagas sebelumnya, diantaranya mempertahankan suku bunga rendah dan melakukan apapun untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing dan lapangan kerja di tanah Inggris.
Kebijakan pengetatan belanja yang diterapkan Osborne telah berdampak kepada menurunnya produktifitas sektor konstruksi dan manufaktur. Produksi industri turun 0,4%, dimana manufaktur turun 0,1% setelah dikwartal sebelumnya turun 0,7%.
Sektor konstruksi jatuh tajam sebesar 3%, kontraksi terbesar sejak 2009 lalu dan serikat konstruksi UCATT menuding pemerintah sebagai penyebab penurunan ini. Pemerintah telah mengabaikan industri konstruksi dengan cara memangkas investasi senilai miliaran poundsterling dan berharap sektor swasta mampu menutupi kekurangan, berdasarkan keterangan Steve Murphy, sekretaris general UCATT.
Data juga menunjukkan sejak Osborne menjadi Menteri Keuangan, perekonomian Inggris tumbuh hanya 0,4 persen dibandingkan perkiraaannya di Juni 2010, tumbuh sebesar 4,3 persen.
Pemerintah sudah berkali-kali diingatkan banyak pihak bahwa kebijakan pengetatan sebenarnya akan berdampak kepada perekonomian negara dan dengan memangkas belanja dan menaikkan pajak terlalu besar dan terlalu cepat justru menjadi boomerang nantinya.
Sikap arogan PM Cameroon dan Osborn yang mengait-ngaitkan krisis Inggris dengan krisis utang zona euro justru akan membahayakan dan merusak kredibilitas keduanya dimata publik.
Selama bertahun-tahun Inggris ternyata juga menumpuk utang dan saat ini adalah waktu untuk membayar semua hutang-hutang tersebut. Kondisi semakin sulit ketika zona euro ternyata memiliki permasalahan yang sama atau mulai mengarah kesana.
Perekonomian Inggris sama sekali tidak tumbuh sepanjang tahun lalu, perekonomian cenderung menciut 0,5 persen dibanding enam bulan lalu.
Jika mengacu keberbagai analisa lembaga ekonomi internal Inggris dan eksternal seperti IMF, kecemasan utama adalah jika kebijakan pengetatan digabungkan dengan inflasi yang sangat tinggi, maka akan menguras keuangan masyarakat, pada akhirnya memperlemah aktivitas ekonomi. Kondisi ini akan menimbulkan stagflation dimana tidak ada pertumbuhan ekonomi sama sekali ditambah dengan inflasi.
Kebijakan pengetatan yang dilakukan pemerintah Inggris telah menyebabkan masyarakat memilih berhemat demi membayar hutang.Konsumen, perusahaan dan negara berlomba-lomba mengencangkan ikat pinggang. Secara riil belanja melambat tapi hutang tetap naik.
Untuk mengatasi hal ini tampaknya pemerintah Inggris akan kembali mencetak uang dan mendistribusikannya ke perbankan agar mau menggelontorkan pinjaman kepada masyarakat sehingga perekonomian kembali berjalan.
Perbedaan Inggris dengan negara-negara zona euro adalah, Inggris harus menghadapi permasalahan ekonominya sendirian tanpa sokongan dari negara manapun. Sejauh ini pemerintah Amerika sudah memberikan komitmennya dalam membantu Inggris mengatasi krisis.
Efektivitas bantuan Amerika tentu saja masih perlu dipertanyakan, karena Paman Sam masih sibuk dengan krisis internalnya dan tahun depan Amerika akan menghadapi pemilihan presiden. Jika Obama kalah, maka peta kebijakan Amerika baik politik dan ekonomi akan berubah.

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: Thursday, April 26, 2012 Kategori:

0 comments:

Post a Comment